Kamis, 17 Januari 2013

LEGENDA PUTRI NYALE, SERUAN PERDAMAIAN DARI TANAH LAUK KAWAT

Pesta rakyat Bau Nyale adalah sebuah upacara tradisional yang sangat sakral bagi masyarakat suku Sasak khususnya di Kabupaten lombok tengah, tradisi ini sudah ada sejak jaman dahulu yaitu sebelum abad ke 16, tradisi ini dilakukan bukan hanya sebagai ajang rekreasi bagi masyarakat di sekitar pulau Lombok, namun lebih dari itu tradisi ini ditujukan untuk mengenang seorang putri kebanggaan tanah sasak yaitu putri Mandalika.

legenda putri Mandalika inilah yang sudah berurat berakar pada masyarakat Lombok Tengah, selain sejarahnya Sang Putri yang elok dan jelita, putri Mandalika juga dikenang atas pengorbanannya untuk perdamaian.

tersebutlah pada zaman dahulu, di Lombok berdiri sebuah kerajaan yang bernama Kerajaan tunjung Bitu, kerajaan ini dipimpin oleh seorang raja yang bernama Raja Tonjang Beru dan permaisurinya yang bernama Dewi Seranting. Raja Tonjang Beru adalah seorang raja yang arif dan bijaksana, ia dicintai rakyatnya karena kearifannya. ia mempunyai seorang putri yang cantik dan cerdas bernama Putri Mandalika, Sang Putri mewarisi sifat ayahnya, ia sangat dihormati dan dicintai oleh rakyatnya. ia terkenal dengan kedekatannya pada rakyatnya, Sang putri tidak pernah membedakan dengan siapa ia akan bergaul.

kecantikan serta kepintaran sang Putri tersebar jauh hingga ke kerajaan-kerajaan lain di Pulau Lombok, banyak pangeran yang terpikat dan ingin memperistri Sang Putri. persaingan pun terjadi, banyak pangeran yang tidak terima jika Putri Mandalika dipersunting oleh orang lain, hingga terjadilah pertikaian antar pangeran yang melibatkan kerajaan masing-masing.

hal ini lah yang tidak diinginkan oleh putri Mandalika, oleh sebab itu tak seorang pun dari sekian banyak pangeran yang melamarnya itu diterima, sang putri mencari solusi dari permasalahn ini, tak lupa ia berdiskusi dengan ayahandanya akan keaadaan pelik ini.

kegundahan sang putri ini akhirnya terpecahkan, konon sang putri melakukan semedi. sebuah keputusan yang sangat sukar diambil sang putri setelah semedinya, ia bertekad untuk tidak menerima pangeran manapun yang melamarnya, ia tak ingin terjadi pertumpahan darah di bumi sasak ini.

akhirnya, pada hari yang ditentukan, sang putri mengundang seluruh pangeran dan rakyatnya untuk berkumpul di Pantai seger, yaitu Pantai yang terletak di ujung selatan Pulau Lombok. ia berjanji untuk mengumumkan pilihannya apabila semua rakyatnya dan pangeran itu hadir.

para pangeran dan rakyatnya pun berbondong-bondong menuju panati Seger, dengan rasa penasaran yang membuncah, rakyat berkumpul untuk mendengarkan keputusan Sang putri, siapa gerangan pangeran yang beruntung mempersunting Sang Putri.

putri Mandalika berdiri di atas sebuah bukit, dan mulai berbicara. semua yang hadir mendengarkan dengan khidmat, Sang Putri berbicara tentang perdamaian, tentang dirinya yang tak ingin jadi penyebab pertikaian yang hanya akan menimbulkan kekacauan. hadirinpun semakin penasaran dan tak mengerti apa maksud sang Putri, pada akhir pidatonya Putri Mandalika berpesan, agar tetaplah menjaga perdamaian dengan atau tanpa dia, putri juga berpesan bahwa ia bukan milik siapa-siapa, ia adalah meilik seluruh rakyat Tunjung Bitu, oleh sebab iti, apabila rakyanya hendak bertemu dengannya, hendaklah menemuinya di tempat ini setiap tangggal 20 bulan 20 menurut penanggalan sasak. para hadirin dan pangeran pun semakin tegang, dan sang putri menyampaikan permohonan maaf kepada semua yang hadir di tempat itu.

tak lama kemudian Sang Putri pun menceburkan diri ke laut, semua yang hadir terkesima, bagai disambar petir, serentak rakyat yang hadir pada saat itu berlari ke laut untuk menyelamatkan sang putri. namun sang putri telah lenyap, semua yang hadir di tempat itu larut dalam kesedihan, putri yang sangat dihormati itu telah mengorbankan dirinya untuk perdamaian.

tiba-tiba, dari laut muncullah binatang menyerupai cacing yang berwarna-warni, binatang ini muncul dengan tiba-tiba, semua yang hadir di pantai itu turun ke laut untuk menangkap binatang yang jumlahnya semakin banyak itu, mereka percaya bahwa binatang yang di sebutNyale itu adalah jelmaan sang putri.

hingga saat ini, tradisi bau nyale selalu dilestarikan oleh masyarakat, selain untuk mengenang sang putri, pesta rakyat bau nyale juga dilakukan untuk mempererat persaatuan dalam masyarakat sasak, tak peduli dari kasta apa, keluarga siapa dan desa mana, semuanya tumpah kelaut dengan satu tujuan, agar perdamaian di bumi Tatas Tuhu Trasna tetap terjaga, dan sebagai pesan budaya yang harus dilestarikan oleh anak cucu kita.


Nyale

Tidak ada komentar:

Posting Komentar