Selasa, 12 Februari 2013

Bahasa indonesia


pelajaran 1 Mencermati Ekonomi, Pasar, dan Uang
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak pernah lepas dari kegiatan ekonomi yang melibatkan pasar dan perputaran uang. Hal ini disebabkan manusia memang memiliki kebutuhan pokok yang harus dipenuhi melalui kegiatan ekonomi. Agar kebutuhan tersebut dapat terpenuhi, tentu saja mereka harus memiliki uang, barang yang dibutuhkan tersedia, dan ada kegiatan ekonomi yang berlangsung. Akan tetapi, perlu kalian ketahui juga bahwa kegiatan jual beli itu ada pasang surutnya. Semua itu terjadi karena harga barang di pasar memang tidak selalu stabil. Sebagai seorang pelajar, hal-hal yang berkaitan dengan ekonomi semacam itu patut kalian pahami agar wawasan kalian tentang ekonomi menjadi luas. Melalui Pelajaran 1 ini, kalian akan dilatih untuk mencermati berbagai fenomena yang terjadi di sekitar kalian yang terkait dengan kegiatan ekonomi, pasar, dan uang. Ada pun bentuk pelatihan tersebut akan dikaitkan dengan keterampilan berbahasa, bersastra, dan kebahasaan kalian. Keterampilan berbahasa meliputi kegiatan menyimpulkan isi dialog interaktif dan mengkritik atau memuji berbagai karya. Kemudian, pada keterampilan bersastra kalian akan dilatih menganalisis nilai-nilai kehidupan dalam cerpen dan menulis cerpen berdasarkan peristiwa yang dialami. Selanjutnya, pada bidang kebahasaan kalian akan belajar menggunakan imbuhan -man, -wan, dan -wati secara tepat.
A. Menyimpulkan Isi Dialog Interaktif Informasi dapat kalian peroleh melalui berbagai cara, baik secara lisan maupun tulisan. Salah satu cara yang dapat kalian lakukan untuk mendapatkan informasi secara lisan yaitu melalui kegiatan menyimak dialog interaktif. Dialog interaktif adalah percakapan yang dilakukan di televisi atau radio yang dapat melibatkan pemirsa dan pendengar melalui telepon. Ada pun narasumber yang dipilih adalah orang tahu yang persis tentang informasi yang ingin disampaikan. Selain itu, kalian juga dapat memperoleh informasi dengan bertindak sebagai pihak yang pasif, yaitu mendengarkan dengan saksama suatu kegiatan dialog interaktif yang dilakukan oleh orang lain. Dari kegiatan mendengarkan tersebut kalian dapat mencatat hal-hal penting dan menyimpulkan isi dialog yang kalian dengarkan itu. Sama halnya dengan berita, dalam dialog interaktif kalian juga harus menerapkan prinsip 5W + 1H berikut ini.
what : apa yang didialogkan
who : siapa yang berdialog
when : kapan dialog dilakukan
where : di mana dialog dilakukan
why : mengapa dialog dilakukan
how : bagaimana hasil dialog tersebut
Tunjuklah beberapa teman kalian untuk melakukan dialog berikut ini! Kemudian simaklah dengan saksama dialog yang dilakukan teman kalian dan catatlah isi dialog tersebut!
Bapak Sugiyo : "Selamat malam!"
Penyiar : "Bagaimana asal mula Bapak dan Ibu dapat menekuni usaha ini?"
Bapak Sugiyo : "Usaha ini saya mulai pada tahun 1998. Ketika itu kondisi perekonomian bangsa baru terpuruk akibat krisis moneter. Tanpa sengaja saya mendengar siaran radio tentang kiat-kiat usaha di masa krisis. Dijelaskan bahwa usaha bisa diawali dengan memanfaatkan potensi yang ada di sekitar kita. Saya lalu berpikir bahwa di sekeliling saya ada banyak tanaman kelapa dan empon-empon yang bisa saya olah. Sejak saat itu saya mencoba membuat gula pasir dari air nira tersebut."
Penyiar : "Bagaimana dengan Ibu?"
Ibu Nuraini : "Pada tahun 2000 saya memulai mencoba memperbarui produk kopi robusta Sumbawa. Sebelumnya kopi robusta asal Batu Lantek tidak berkembang karena selama ini proses pengerjaan biji kopi amat sederhana. Biji kopi hanya disangrai sampai gosong dan menghitam. Ini membuat cita rasa kafeinnya hilang dan seakan-akan kita hanya meminum arangnya kopi itu. Saya mencoba memperbarui hal tersebut mulai dari proses pascapanen, pengolahan, hingga bentuk kemasannya, agar konsumen tertarik membeli produk kopi yang tak hanya merangsang bau kopinya, tapi juga enak diminum."
Penyiar : "Apa merek dagang yang Anda berikan untuk produk Anda ini?"
Bapak Sugiyo : "Saya memberi nama 'Gula Semut'."
Penyiar : "Unik sekali nama yang Anda berikan!"
Bapak Sugiyo : "Iya, karena bentuk gula ini berwujud butiran-butiran halus, serupa tumpukan semut. Saya memilih kata semut agar mudah diingat orang."
Penyiar : "Apa merek dagang yang Ibu berikan untuk produk kopi ini?"
Ibu Nuraini : "Kopi Organik Murni."
Penyiar : "Apakah Ibu menggunakan pupuk organik untuk budidaya pohon kopi tersebut?"
Ibu Nuraini : "Iya. Kopi tersebut bebas penggunaan pupuk dan obat-obatan kimia karena budidayanya memakai pupuk organik."
Penyiar : "Bagaimana proses pengolahan gula semut dan kopi robusta ini?"
Bapak Sugiyo : "Pertama-tama air nira direbus.
B. Mengkritik atau Memuji Berbagai Karya
Mengkritik dapat diartikan sebagai kegiatan mengemukakan pendapat atau tanggapan terhadap sesuatu hal yang disertai dengan uraian dan pertimbangan baik buruknya hal tersebut. Akan tetapi, sebuah kritikan oleh orang-orang sering dikaitkan dengan hal-hal yang buruk saja, sedangkan untuk hal-hal yang bagus sering disebut pujian. Baik kritikan ataupun pujian hendaknya selalu diutarakan dengan alasan yang logis dan bahasa yang santun sehingga tidak menyinggung perasaan orang yang dikritik atau dipuji. Apabila kalian mengkritik atau memuji sebuah karya seni atau produk disertai dengan alasan yang logis, tentunya pencipta seni atau produsen produk tersebut tidak akan tersinggung

Perhatikanlah ilustrasi berikut!
Pada suatu hari murid-murid kelas IX SMP Tunas Muda ditugasi gurunya untuk melihat pameran pembangunan dan membuat laporan. Usai melihat pameran itu mereka berbincang-bincang tentang pameran tersebut.
Yadi : “Yud, ramai ya pengunjung pameran tadi.”
Yudi : “Iya, Yad. Yang dipamerkan pun bermacam-macam.”
Yadi : “Kamu benar Yud, kamu tadi memerhatikan tidak lukisan harimau yang sedang menerkam kijang. Wah, sungguh indah lukisan itu. Warna lukisannya pas dan kelihatan hidup sekali.”
Yudi : “Kamu benar, Yad, maklum itu kan karya pelukis terkenal. Jadi, ya tentu baik dan indah. Eh, Yad, kamu tadi melihat di bagian mebel tidak?”
Yadi : “Ya, melihat. Meja, kursi, dan lemari yang dipajang di situ harganya mahal-mahal.”
Yudi : “Bukankah yang di sebelah kiri harganya agak lebih murah, Yad?”
Yadi : “Iya juga sih, tetapi buatannya kurang baik, kurang halus, dan peliturnya banyak yang lecet.”
Yudi : “Ya, memang mesti begitu Yad. Yang harganya murah biasanya mutunya juga kurang baik.”

C. Menganalisis Nilai-nilai Kehidupan dalam Cerpen
Cerpen merupakan salah satu bentuk karya sastra yang berwujud prosa. Cerpen ada yang bersifat fiktif dan nonfiktif. Cerita yang ditampilkan dalam sebuah cerpen biasanya hanya sepenggal peristiwa yang terjadi pada seseorang dan fokus cerita terletak pada tokoh utamanya. Cerpen biasanya juga diterbitkan dan dibukukan dalam bentuk kumpulan yang disebut buku kumpulan cerpen. Akan tetapi, sebelum kalian berlatih menganalisis nilai kehidupan pada cerpen-cerpen dalam satu buku kumpulan cerpen, terlebih dulu kalian harus memahami tentang unsur-unsur intrinsik yang ada di dalamnya. Pada umumnya, unsur intrinsik cerpen meliputi hal-hal berikut ini.
1. Tema adalah sumber gagasan/ide cerita atau gagasan pokok yang dikembangkan menjadi sebuah karangan.
2. Alur adalah urutan peristiwa sebab akibat yang menjalin suatu cerita. Ada alur maju, alur mundur, dan alur gabung (gabungan dari alur maju dan alur mundur).
3. Tokoh adalah pelaku-pelaku dalam cerita. Tokoh dibedakan menjadi tiga, yakni protagonis (tokoh utama), antagonis (tokoh penentang), dan tritagonis (tokoh ketiga).
4. Sudut pandang adalah tempat atau titik dari mana seseorang melihat objek karangan.
5. Latar adalah waktu dan tempat serta keadaan sosial yang digunakan pengarang dalam menyusun cerita.
6. Amanat adalah pesan moral yang terdapat dalam cerita.
Bila kalian cermati, tokoh-tokoh di dalam cerpen mempunyai sifat dan melakukan aktivitas seperti kehidupan manusia sesungguhnya. Dengan kata lain, cerpen mengandung nilai-nilai kehidupan yang dapat diambil dari peran masing-masing tokoh dalam isi cerpen tersebut. Di dalam setiap karya sastra (termasuk cerpen) terkandung beberapa nilai yang dapat diteladani atau dipetik hikmahnya. Ada pun nilai-nilai tersebut antara lain:
1. nilai moral atau keagamaan yaitu nilai yang berkenaan dengan Tuhan dan agama;
2. nilai kemanusiaan atau sosial yaitu nilai yang berkenaan dengan masyarakat;
3. nilai etika atau susila atau norma yaitu nilai yang berkenaan dengan budi bahasa, sopan santun; dan
4. nilai estetika atau keindahan yaitu nilai yang berkenaan dengan seni dan keindahan.
Judul : Tamasya ke Masa Silam Tahun terbit : 2006 Penerbit : Penerbitan Sarana Bobo Kota terbit : Jakarta
Nasi Goreng Oleh: Duryatin Amal Rima dan Ramli tinggal bertiga dengan ibu mereka. Rima kini baru masuk SMA. Dan Ramli naik ke kelas VII SMP. Ibu mereka bekerja sebagai pencuci pakaian di beberapa rumah besar. Walaupun demikian, Rima dan Ramli tetap bercitacita tinggi. Mereka selalu rajin belajar dan tidak putus asa. Tahun ini, Rima sangat bangga, karena ia diterima di salah satu SMA favorit. Rima harus menjalani MOS (Masa Orientasi Siswa) selama tiga hari pertama. Pada masa itu, ia bisa berkenalan dengan siswa lainnya. Juga dengan kakak kelas dan dengan program sekolahnya. Pada hari kedua MOS, Kak Mimi, salah satu kakak OSIS memberi pengumuman, "Adik-adik kelas sepuluh, besok ada acara tukaran makanan. Jadi kalian semua harus bawa makanan sendiri-sendiri. Nantinya akan saling ditukarkan!" "Kak, makanannya misalnya apa, Kak?" tanya salah seorang anak. "Oh, ya! Harus nasi lengkap dengan lauk dan sayuran. Harganya minimal Rp2.000,00." Setelah Kak Mimi pergi, Rima jadi bingung sendiri. Dia akan membawa nasi dan lauk apa? Di rumahnya tak ada lauk yang enak dan istimewa. Paling hanya tempe dan tahu. Di rumah biasanya Rima menambahkan kecap di nasi putihnya. Itu sudah terasa nikmat sekali baginya. Tapi kalau Rima membawa menu seperti itu ke sekolah, ia takut diejek kawan-kawannya. Setiba di rumah, Rima menceritakan tugasnya itu kepada ibu. "Rim, sekarang ibu mau kerja dulu. Kamu saja yang memikirkan menu apa yang akan kamu bawa. Kalau bisa yang murah-murah saja. Agar ibu sanggup membelinya," kata ibu. Namun, sampai ibunya pulang kerja, Rima belum juga menemukan jalan keluarnya. Untungnya pada saat sedang belajar malam, ia menemukan ide. Rima bergegas menemui ibunya. "Bu, bagaimana kalau besok Rima bawa nasi goreng saja? Murah dan mudah kan, Bu?" ujar Rima. "Benar juga. Kalau begitu, besok pagipagi akan ibu buatkan nasi goreng," kata ibu sambil menguap. Rima iba melihat ibunya. Ibu Rima sebenarnya belum terlalu tua. Namun karena ia bekerja sangat keras, wajahnya tampak lebih tua dari usia sebenarnya. Paginya, Rima membantu ibunya memasak nasi goreng. Nasi goreng itu lalu dibungkus dengan daun pisang yang diambil dari kebunnya. "Terima kasih, ya, Bu. Rima berangkat dulu, ya!" pamit Rima pada ibunya. Dengan gembira ia mengayuh sepeda tuanya menuju ke sekolah. Beberapa saat kemudian, Rima sudah berada di dalam kelas. Setelah beberapa saat berlalu, akhirnya tibalah acara yang dinanti-nanti Rima. Acara pertukaran makanan.

8 Bahasa Indonesia untuk SMP/MTs Kelas IX
"Adik-adik kelas sepuluh, sudah bawa makanan semua, kan?" tanya kakak OSIS. "Sudah Kak!" jawab murid-murid kelas sepuluh serentak. Makanan yang dibawa murid-murid lalu dikumpulkan di meja guru. Rima mulai tegang. Bagaimana jika makanannya jatuh pada temannya yang kaya? Apa dia mau memakan nasi gorengnya yang sederhana? Rima takut kalau-kalau teman-temannya mencemooh masakan itu. Akhirnya saat pembagian makanan pun tiba. Rima mendapat makanan dari Rio. sedangkan nasi goreng bungkusannya diterima Miranda. Rima tidak langsung membuka kotak bekal dari Rio. Ia melirik ke arah Miranda yang membuka bungkusan nasi gorengnya itu. "Wow, nasi goreng! Aku suka sekali nasi goreng! Wah kelihatannya enak!" sorak Miranda. Rima melihat Miranda memakan sesendok nasi gorengnya. "Wow, enak sekali! Punya siapa ini?" tanya Miranda. "Itu punyaku," jawab Rima. "Oh, kamu Rima, ya?" "Iya," jawab Rima singkat. "Rim, siapa yang memasak nasi goreng ini?" tanya Miranda. "Ibuku," sahut Rima sedikit lega. "Kebetulan, lusa ulang tahunku. Aku sedang cari makanan katering. Apa ibumu mau menerima pesanan nasi goreng seperti ini?" tanya Miranda. "Bisa! Tentu saja bisa! Nanti akan aku bicarakan dengan ibuku," sahut Rima senang. Rosa dan Maya mendekati Miranda dan Rima. "Oh, ini ya, nasi gorengnya! Boleh kucoba?" kata Rosa sambil menyendok sedikit nasi goreng. "Wah, enak sekali! Ibuku kan bekerja di kantor. Kebetulan ibu sedang bingung mencari katering untuk makan siang di kantornya! Ibuku pasti senang kalau bisa memesan nasi goreng seperti ini," kata Rosa. "Oh, tentu saja bisa!" jawab Rima. Kabar ini cepat menyebar. Sampai pada saat istirahat kedua, saat Rima sedang jalan di kantin, ibu penjual di kantin bertanya. "Kamu Rima, ya?" tanyanya. "Iya, Ada apa, Bu?" tanya Rima heran. "Begini, ibu mau pesan nasi goreng buatan ibumu yang katanya enak itu. Mau ibu jual di kantin ini. Kalau bisa, lusa ibu pesan lima puluh bungkus dulu. Kalau laris, nanti ibu akan pesan lebih banyak lagi!" "Oh, ya? Baiklah, nanti saya tanyakan ke ibu!" jawab Rima senang. "Oh, ya nanti modalnya ini ada sedikit uang," ibu kantin menyodorkan sejumlah uang. Sampai di rumah, Rima berlari-lari mendekati ibunya yang sedang memasak. Ia bercerita tentang pesanan nasi goreng yang diterimanya tadi. "Oh, Ibu senang sekali!" Ibu memeluk Rima. Mereka sangat bersyukur untuk berkat Tuhan hari itu. (dikutip dengan pengubahan

Sate Nangka
Oleh: Yusniar
Nano dan Adi bermain ke rumah Nek Haris. Mereka memang suka ke sana sambil menemani Nek Haris yang hanya tinggal sendirian. Ketika sampai di situ, Nano melihat ada buah nangka yang sudah masak. "Nangkanya tidak dijual saja, Nek?" tanya Nano pada Nek Haris.

"Nenek menunggu Bah A Hong. Dia biasanya datang ke sini dan membayar seribu rupiah setiap buahnya!" jawab Nenek. "Buah sebesar itu cuma seharga seribu rupiah, Nek" Adi membelalakkan mata. "Harga di pasar mungkin bisa lebih, Di! Tetapi nenek sudah tidak kuat menurunkan buah itu dan membawanya ke pasar. Masih ada orang yang mau datang membeli di sini saja sudah untung!" kata Nenek lagi. Nadanya pasrah dan menerima apa adanya saja. "Hm ... kalau boleh, kami akan menjualnya, Nek! Pokoknya, paling sedikit nenek dapat tiga ribu rupiah. Boleh, Nek?" tanya Adi. Nek Haris tampak menimbangnimbang, "Boleh saja. Asal nanti kalian tidak dimarahi orang tua kalian. Nenek juga khawatir kalau mereka marah pada nenek. Karena menyangka nenek menyuruh anak orang berjualan!" sahut Nek Haris sambil menatap kedua bersahabat itu. "Beres, Nek! Ini kan, pekerjaan halal. Tak mungkin orang tua kami marah!" kata Adi penuh semangat. Adi dan Nano lalu membawa buah nangka tersebut dengan karung goni ke rumah Nano. "Kamu macam-macam saja, Di! Di mana kita akan menjual nangka ini dengan harga tiga ribu atau lebih?" Nano berkata. "Tenang, No! Aku ada akal. Kita buat sate nangka. Musim kemarau belum habis. Pasti akan habis tandas bila kita jual di pasar atau terminal!" Adi dan Nano lalu membelah buah nangka itu. Isinya disayat, lalu bijinya dikeluarkan. Nano menyiapkan batangbatang lidi. Buah nangka yang bijinya sudah dkeluarkan, ditusuknya dengan lidi. Satu batang lidi berisi empat atau lima buah nangka. Satu jam kemudian, Nano dan Adi sudah menjinjing baskom berisi 40 tusuk sate nangka ditutup plastik bening. Mereka

berjalan menuju terminal bis dan angkot yang menghubungkan kampung mereka dengan kota. Sekejap saja, sopir-sopir dan kernet mengerumuni dagangan Adi dan Nano itu. setusuk dijual dua ratus rupiah. Nangka Nek Haris ini memang manis dan lezat. Di terminal itu saja, dalam waktu singkat, sudah habis tiga puluh tusuk. "Enam ribu rupiah sudah di tangan. Kita bawa pulang saja nangka ini!" ajak Adi. Mata Nek Haris berkaca-kaca menyambut kedua anak itu. "Nek, ini hasilnya!" Nano menyerahkan hasil dagangan mereka kepada Nek Haris. "Wah, wah, banyak betul, Adi, Nano!" ucap Nek Haris lirih. "Nenek akan mengambil empat ribu rupiah saja. Sisanya buat kalian berdua. Nangka yang sisa ini untuk adikadik kalian!" lanjut Nek Haris lagi. Adi dan Nano saling menatap. "Engg ... kami tidak terlalu memerlukan uang, Nek. Nenek pasti lebih perlu. Kami membawa nangka yang tersisa ini saja!" Nano berkata tergagap. Nek Haris menggeleng. "Tidak. Empat ribu rupiah sudah lebih dari cukup. Ingat, biasanya nenek cuma dapat seribu rupah. Kalian memang hebat. Banyak akalnya. Nah, sepantasnya kalian mendapat juga hasil dari penggunaan akal kalian ini!" Nenek terus memaksa mereka. "Baiklah, Nek! Terima kasih banyak kalau begitu!" ujar Adi akhirnya. Ia tak mau mengecewakan nenek yang berniat baik ini. "Nanti kalau ada yang matang lagi, boleh kalian jual!" pesan Nek Haris ketika Adi dan Nano hendak pulang. Dalam perjalanan pulang Nano berkata, "Tabungan kita tambah lagi, Di! Ditambah lagi dengan sate nangka yang manis-manis dan lezat ini!" "Berbuat kebajikan, memang selalu ada buahnya, No!" tukas Adi.

D. Menulis Cerpen berdasarkan Peristiwa Nyata
Menulis cerpen harus banyak berkhayal karena cerpen memang karya fiksi yang berbentuk prosa. Peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam cerpen hanya direkayasa oleh pengarangnya. Demikian pula para pelaku yang terlibat dalam peristiwa itu. Waktu, tempat, dan suasana terjadinya peristiwa pun hanya direka-reka oleh pengarang. Oleh karena itu, cerpen (dan semua cerita fiksi) disebut cerita rekaan.

Cerita dalam cerpen mungkin saja terjadi sebab bahan baku cerpen memang bisa berasal dari kisah yang benar-benar terjadi dalam masyarakat. Boleh jadi, bahan baku cerpen benar-benar dialami sendiri oleh pengarangnya. Kisah nyata yang benar-benar terjadi itu oleh pengarangnya diolah, yaitu ditambah, dikurangi, digabungkan, diubah nama pelakunya, diganti tempat terjadinya, dan lain-lain. Akan tetapi, semua bahan baku yang semula benar-benar terjadi itu setelah diolah oleh pengarang dalam bentuk cerpen, menjadi cerita fiksi, cerita khayal, atau cerita rekaan. Jika akan menulis cerpen, yang pertama-tama kalian lakukan adalah mencari dan menentukan tema. Tema cerita tersebar luas di sekeliling kalian, bahkan juga di dalam diri kita. Apa yang pernah kalian alami, lihat, dengar, rasakan, bayangkan, dan lain-lain dapat kalian pilih menjadi tema cerpen. Tema yang kalian pilih tentu saja tema yang menarik, terutama menarik bagi diri kalian dan kalian perkirakan juga menarik bagi orang lain. Setelah tema kalian tentukan, tema itu harus kalian rinci lebih dahulu karena tema masih berupa ide pokok. Bila tema langsung dikembangkan menjadi sebuah cerpen, penulisan cerpen masih akan mengalami banyak kesulitan. Oleh karena itu, tema harus dirinci, dijabarkan lebih lanjut, apa saja yang akan diceritakan. Setelah menjabarkan tema, kita perlu mempertegas peristiwa-peristiwa apa yang akan terjadi dalam cerpen. Peristiwa-peristiwa itu kemudian kalian susun demikian rupa sehingga membentuk plot cerita. Plot atau alur cerita adalah rangkaian peristiwa yang sambungmenyambung dalam sebuah cerita berdasarkan logika sebab akibat. Dalam sebuah cerita terdapat berbagai peristiwa. Akan tetapi, peristiwa-peristiwa dalam cerita itu tidak berdiri sendiri, tetapi berkaitan antara peristiwa satu dengan peristiwa lainnya. Rangkaian peristiwa itulah yang membentuk plot atau alur cerita. Bacalah pengalaman Wayan berikut ini. Sejak duduk di kelas VII SMP aku sudah rajin menabung. Rencananya uang tabungan tersebut akan aku belikan playstation kesukaanku. Akan tetapi, keinginan tersebut berubah setelah ibu meminjamnya untuk memperluas usaha yang dimiliki keluargaku. Pengalaman Wayan tersebut dapat diubah menjadi penggalan cerpen berikut.Cerita dalam cerpen mungkin saja terjadi sebab bahan baku cerpen memang bisa berasal dari kisah yang benar-benar terjadi dalam masyarakat. Boleh jadi, bahan baku cerpen benar-benar dialami sendiri oleh pengarangnya. Kisah nyata yang benar-benar terjadi itu oleh pengarangnya diolah, yaitu ditambah, dikurangi, digabungkan, diubah nama pelakunya, diganti tempat terjadinya, dan lain-lain. Akan tetapi, semua bahan baku yang semula benar-benar terjadi itu setelah diolah oleh pengarang dalam bentuk cerpen, menjadi cerita fiksi, cerita khayal, atau cerita rekaan. Jika akan menulis cerpen, yang pertama-tama kalian lakukan adalah mencari dan menentukan tema. Tema cerita tersebar luas di sekeliling kalian, bahkan juga di dalam diri kita. Apa yang pernah kalian alami, lihat, dengar, rasakan, bayangkan, dan lain-lain dapat kalian pilih menjadi tema cerpen. Tema yang kalian pilih tentu saja tema yang menarik, terutama menarik bagi diri kalian dan kalian perkirakan juga menarik bagi orang lain. Setelah tema kalian tentukan, tema itu harus kalian rinci lebih dahulu karena tema masih berupa ide pokok. Bila tema langsung dikembangkan menjadi sebuah cerpen, penulisan cerpen masih akan mengalami banyak kesulitan. Oleh karena itu, tema harus dirinci, dijabarkan lebih lanjut, apa saja yang akan diceritakan. Setelah menjabarkan tema, kita perlu mempertegas peristiwa-peristiwa apa yang akan terjadi dalam cerpen. Peristiwa-peristiwa itu kemudian kalian susun demikian rupa sehingga membentuk plot cerita. Plot atau alur cerita adalah rangkaian peristiwa yang sambungmenyambung dalam sebuah cerita berdasarkan logika sebab akibat. Dalam sebuah cerita terdapat berbagai peristiwa. Akan tetapi, peristiwa-peristiwa dalam cerita itu tidak berdiri sendiri, tetapi berkaitan antara peristiwa satu dengan peristiwa lainnya. Rangkaian peristiwa itulah yang membentuk plot atau alur cerita. Bacalah pengalaman Wayan berikut ini. Sejak duduk di kelas VII SMP aku sudah rajin menabung. Rencananya uang tabungan tersebut akan aku belikan playstation kesukaanku. Akan tetapi, keinginan tersebut berubah setelah ibu meminjamnya untuk memperluas usaha yang dimiliki keluargaku. Pengalaman Wayan tersebut dapat diubah menjadi penggalan cerpen berikut.
"Yan, bagaimana menurutmu kalau celengan ayammu tidak usah kamu gunakan untuk membeli playstation?" ucap ibu lirih. "Lalu mau digunakan untuk apa, Bu?" "Ibu mempunyai rencana untuk memperluas kios kita dengan barangbarang kebutuhan rumah tangga lainnya. Kamu mengerti maksud ibu bukan, Yan?" "Iya, Bu." Ah seandainya saja ayah masih ada. Tentu ibu tidak perlu bersusah payah membuka kios seperti itu. Seandainya saja ... . Dengan pelan-pelan kuelus celengan ayam itu. Ada rasa sayang untuk merelakan satu-satunya benda yang kumiliki itu. Celengan yang kumiliki sejak kelas VII SMP. Setiap hari aku mengisinya dengan

uang saku yang diberikan ayah. Sedikit demi sedikit. Hingga akhirnya menjadi seberat ini. Haruskah kubuka celengan itu untuk kuberikan pada ibu? Sekelebat wajah ibu membayang di pikiranku. Aku kasihan padanya. Sejak ayah meninggal. Ibu terlihat semakin bertambah tua, mungkin karena beban berat yang harus ditanggungya. Kubulatkan niatku untuk merelakan celengan ayam itu. Untuk terakhir kali kuelus celengan itu. Selamat tinggal playstation. Perlahan kuangkat celengan itu dan kubanting ke lantai. Pyaar ... . Celengan itu pecah berkeping-keping. Uang logam dan lembaran uang kertas berserakan di lantai. Kupungut satu per satu untuk kuhitung.

E. Menggunakan Imbuhan -man, -wan, dan -wati
Perhatikan contoh kalimat berimbuhan -man, -wan, dan -wati yang dikutip dari Materi A berikut ini.
1. Jumpa lagi dengan Gita Paramita di acara dialog interaktif menjadi usahawan sukses.
2. Ibu Nuraini adalah wirausahawati kopi robusta.
3. Bapak Sugiyono adalah wirausahawan gula semut.

Dalam kalimat di atas terdapat kata usahawan, wiraswastawan, dan wiraswastawati. Kata-kata tersebut adalah kata-kata yang berimbuhan asing -man, -wan, dan -wati. Imbuhan -wan, dan -wati berasal dari bahasa Sanskerta -van dan -vati. Kata-kata berimbuhan -wan dan -wati termasuk kata benda. Imbuhan -wati merujuk pada perempuan sedangkan imbuhan -wan merujuk pada laki-laki. Imbuhan -man merupakan variasi bentuk/alomorf dari imbuhan -wan. Akan tetapi imbuhan -man penggunaannya tidak produktif. Imbuhan tersebut dapat merujuk pada laki-laki atau perempuan.
rangkuman � Dialog interaktif adalah percakapan yang dilakukan di televisi atau radio yang dapat melibatkan pemirsa dan pendengar melalui telepon. � Kritikan sering dikaitkan dengan hal-hal yang buruk saja, sedangkan untuk hal-hal yang bagus sering disebut pujian. Kritikan ataupun pujian hendaknya selalu diutarakan dengan alasan yang logis dan bahasa yang santun. � Nilai-nilai kehidupan dalam cerpen dapat diambil dari peran masing-masing tokoh. Nilai-nilai kehidupan tersebut dapat dijadikan teladan bagi pembacanya. � Langkah-langkah yang dapat kalian lakukan untuk menulis cerpen yaitu menentukan tema, merinci tema, mempertegas peristiwa-peristiwa yang akan terjadi dalam cerpen, merangkai peristiwa-peristiwa tersebut membentuk plot atau alur cerita. � Imbuhan -man merujuk pada laki-laki atau perempuan. Imbuhan -wan merujuk pada laki-laki. Imbuhan -wati merujuk pada perempuan.
rehat sejenak mengatur uang saku
Aduh, belum juga satu bulan, jatah uang saku untuk sebulan sudah habis. Ah, gara-gara kemarin jalan-jalan dan tergiur barang diskonan sih. Akibatnya harus manyun tanpa uang jajan di akhir bulan. Ehem, kalian pernah menghadapi hal serupa? Sering? Wah, bisa gawat tuh. Itu tandanya kalian belum bisa mengelola uang saku. Nah, agar keuangan kalian aman, tidak ada salahnya kalian mencoba kiat berikut.
1. Menghargai uang. Camkan pada diri kalian bahwa orang tua bukanlah ATM berjalan. Perlu perjuangan dan waktu untuk mendapatkan uang.
2. Buatlah rencana anggaran kebutuhan kalian setiap bulan.
3. Buat prioritas. Belanjakan uang saku menurut prioritasnya.
4. Bedakan antara barang yang benar-benar kalian butuhkan untuk dibeli terlebih dahulu, dan mana barang-barang yang sebetulnya hanya diinginkan.
5. Camkan pada diri sendiri bahwa uang saku tidak selalu harus dihabiskan. Biasakan untuk menyisakan uang saku guna ditabung.
6. Tak harus pelit. Hemat tidak sama dengan pelit. Jika ada kawan yang tengah kesulitan, jangan segan membantu.
Selamat mencoba! (Sumber: Yunior, 2 Desember 2007 dengan pengubahan)

Uji Kompetensi
A. Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat! Bacalah dialog berikut untuk menjawab soal nomor 1 dan 2! .............................. Penyiar : "Bagaimana proses pengolahan gula semut dan kopi robusta ini?" Bapak Sugiyo : "Pertama-tama air nira direbus. Setelah terbentuk bentuk dasar dari gula tersebut yang berupa butiran halus, baru saya mencampurnya dengan sari empon-empon." Penyiar : "Bagaimana dengan Ibu?"
B. Kerjakan soal-soal berikut! Perhatikan dialog berikut untuk menjawab soal nomor 1 dan 2! Penyiar : "Berapa harga gula semut ini per kilogram?' Bapak Sugiyo : "Jika harga gula kelapa sawit minimal Rp3.000,00 per kilogram maka harga Gula Semut berkisar Rp15.000,00 per kilogram." Penyiar : "Wow... harganya terpaut banyak sekali! Lalu berapa produksi Gula Semut per hari?" Bapak Sugiyo : "Dalam sehari produksi Gula Semut sekitar 100 kilogram." Penyiar : "Jika dihitung sebulan adalah 24 hari berarti produksi Bapak sebulan sebesar 2.400 kilogram. Kalau harga jual per kilogram Rp15.000,00 berarti omzet usaha Bapak sekitar Rp36 juta per bulan. Lalu berapa laba yang Bapak peroleh?" Bapak Sugiyo : "Keuntungan dari usaha ini bisa sampai sekitar 30 persen." Penyiar : "Wah banyak juga ya Pak!" ....................................... 1. Simpulkan isi dialog di atas! 2. Sebutkan kalimat pujian yang terdapat dalam dialog di atas! 3. Terangkan arti kata berimbuhan asing di bawah ini! a. Sastrawan terkenal itu telah meninggal dunia. b. Sebagai peragawati yang terkenal, dia harus bisa membagi waktu. c. Perusahaan kami sangat membutuhkan salesman seperti Anda. 4. Perhatikan ilustrasi berikut! Kalian pergi ke sebuah pameran produk rumah tangga bersama dengan seorang teman kalian. Ada salah satu produk yang menarik minat kalian. Produk tersebut memang bagus modelnya, akan tetapi harganya mahal. Buatlah percakapan yang berisi kritikan dan pujian berdasarkan ilustrasi di atas! 5. Tulislah sebuah cerpen tentang peristiwa yang berkaitan dengan kegiatan ekonomi yang pernah kalian lakukan!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar